Top 1
RASULULLAH MUHAMMAD SAW
Nabi Muhammad SAW adalah nabi pembawa
risalah Islam, rasul terakhir penutup rangkaian nabi-nabi dan
rasul-rasul Allah SWT di muka bumi. Ia adalah salah seorang dari yang
tertinggi di antara 5 rasul yang termasuk dalam golongan Ulul Azmi atau
mereka yang mempunyai keteguhan hati. Keempat rasul lainnya dalam Ulul
Azmi tsb ialah :
1. Nabi Nuh As
2. Nabi Ibrahim As
3. Nabi Musa As4. Nabi Isa As
Michael H. Hart,
dalam bukunya The 100, menetapkan Muhammad sebagai tokoh paling
berpengaruh sepanjang sejarah manusia. Menurut Hart, Muhammad adalah
satu-satunya orang yang berhasil meraih keberhasilan luar biasa baik
dalam hal agama maupun hal duniawi. Dia memimpin bangsa yang awalnya
terbelakang dan terpecah belah, menjadi bangsa maju yang bahkan sanggup
mengalahkan pasukan Romawi di medan pertempuran.
KELAHIRAN
Nabi Muhammad SAW adalah anggota Bani Hasyim, sebuah kabilah yang paling mulia dalam suku Quraisy yang mendominasi masyarakat Arab. Ayahnya bernama Abdullah bin Abdul Muthallib, seorang kepala suku Quraisy yang besar pengaruhnya. Ibunya bernama Aminah binti Wahab dari Bani Zuhrah.
Baik dari garis ayah maupun garis ibu, silsilah Nabi Muhammad SAW
sampai kepada Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS. Tahun kelahiran Nabi
Muhammad SAW dikenal dengan nama Tahun Gajah,
karena pada tahun itu terjadi peristiwa besar, yaitu datangnya pasukan
gajah menyerbu Mekah dengan tujuan menghancurkan Ka’bah. Pasukan itu
dipimpin oleh Abrahah, gubernur Kerajaan Habsyi di
Yaman. Abrahah ingin mengambil alih kota Mekah dan Ka’bahnya sebagai
pusat perekonomian dan peribadatan bangsa Arab. Ini sejalan dengan
keingin Kaisar Negus dari Ethiopia untuk menguasai seluruh tanah Arab, yang bersama-sama dengan Kaisar Byzantium menghadapi musuh dari timur, yaitu Persia (Irak).
Beberapa bulan setelah penyerbuan tentara
gajah, Aminah melahirkan seorang bayi laki-laki, yang diberi nama
Muhammad. Ia lahir pada malam menjelang dini hari Senin, 12 Rabiul Awal Tahun Gajah, bertepatan dengan 20 April 570 M. Saat itu ayah Muhammad, Abdullah, telah meninggal dunia. Nama Muhammad diberikan oleh kakeknya, Abdul Muthallib.
Nama itu sedikit ganjil di kalangan orang-orang Quraisy, karenanya
mereka berkata kepada Abdul Muthallib, “Sungguh di luar kebiasaan,
keluarga Tuan begitu besar, tetapi tak satu pun yang bernama demikian.”
Abdul Muthallib menjawab, “Saya mengerti. Dia memang berbeda dari yang
lain. Dengam nama ini saya ingin agar seluruh dunia memujinya.”
Pada saat Muhammad berusia enam tahun,
ibunya Aminah binti Wahab mengajaknya ke Yatsrib (Madinah) untuk
mengunjungi keluarganya serta mengunjungi makam ayahnya. Namun dalam
perjalanan pulang, ibunya jatuh sakit. Setelah beberapa
hari, Aminah meninggal dunia di Abwa’ yang terletak tidak jauh
dari Yatsrib, dan dikuburkan di sana. Setelah ibunya meninggal, Muhammad
dijaga oleh kakeknya, ’Abd al-Muththalib. Setelah kakeknya meninggal,
ia dijaga oleh pamannya, Abu Thalib. Ketika inilah ia diminta
menggembala kambing-kambingnya disekitar Mekkah dan kerap menemani
pamannya dalam urusan dagangnya ke
negeri Syam (Suriah,Libanon dan Palestina).
Adalah suatu kebiasaan di Mekah, anak
yang baru lahir diasuh dan disusui oleh wanita desa dengan maksud supaya
ia bisa tumbuh dalam pergaulan masyarakat yang baik dan udara yang
lebih bersih. Saat Muhammad lahir, ibu ibu dari desa Sa’ad datang
ke Mekah menghubungi keluarga-keluarga yang ingin menyusui anaknya.
Desa Sa’ad terletak kira-kira 60 km dari Mekah, dekat kota Ta’if, suatu wilayah pegunungan yang sangat baik udaranya. di antara ibu-ibu tsb terdapat seorang wanita bernama Halimah binti Abu Du’aib as Sa’diyah.
Keluarga Halimah tergolong miskin, karenanya ia sempat ragu untuk
mengasuh Muhammad karena keluarga Aminah sendiri juga tidak terlalu
kaya. Akan tetapi entah mengapa bayi Muhammad sangat menawan hatinya,
sehingga akhirnya Halimah pun mengambil Muhammad SAW sebagai anak
asuhnya.
Ternyata kehadiran Muhammad SAW sangat membawa berkah pada keluarga Halimah. Dikisahkan bahwa kambing peliharaan Haris,
suami Halimah, menjadi gemuk-gemuk dan menghasilkan susu lebih banyak
dari biasanya. Rumput tempat menggembala kambing itu juga tumbuh subur.
Kehidupan keluarga Halimah yang semula suram berubah menjadi bahagia dan
penuh kedamaian. Mereka yakin sekali bahwa bayi dari Mekah yang mereka
asuh itulah yang membawa berkah bagi kehidupan mereka.
TANDA-TANDA KENABIAN
Sejak kecil Muhammad SAW telah
memperlihatkan keistimewaan yang sangat luar biasa. Usia 5 bulan ia
sudah pandai berjalan, usia 9 bulan ia sudah mampu berbicara. Pada usia 2
tahun ia sudah bisa dilepas bersama anak-anak Halimah yang lain untuk
menggembala kambing. Saat itulah ia berhenti menyusu dan karenanya harus
dikembalikan lagi pada ibunya. Dengan berat hati Halimah terpaksa
mengembalikan anak asuhnya yang telah membawa berkah itu, sementara
Aminah sangat senang melihat anaknya kembali dalam keadaan sehat dan
segar.
Namun tak lama setelah itu Muhammad SAW
kembali diasuh oleh Halimah karena terjadi wabah penyakit di kota Mekah.
Dalam masa asuhannya kali ini, baik Halimah maupun anak-anaknya sering
menemukan keajaiban di sekitar diri Muhammad SAW. Anak-anak Halimah
sering mendengar suara yang member salam kepada Muhammad SAW, “Assalamu
‘Alaika ya Muhammad,” padahal mereka tidak melihat ada orang di situ.
Dalam kesempatan lain, Dimrah,
anak Halimah, berlari-lari sambil menangis dan mengadukan bahwa ada dua
orang bertubuh besar-besar dan berpakaian putih menangkap Muhammad SAW.
Halimah bergegas menyusul Muhammad SAW. Saat ditanyai, Muhammad SAW
menjawab, “Ada 2 malaikat turun dari langit. Mereka memberikan salam
kepadaku, membaringkanku, membuka bajuku, membelah dadaku, membasuhnya
dengan air yang mereka bawa, lalu menutup kembali dadaku tanpa aku
merasa sakit.” Halimah sangat gembira melihat keajaiban-keajaiban pada
diri Muhammad SAW, namun karena kondisi ekonomi keluarganya yang semakin
melemah, ia terpaksa mengembalikan Muhammad SAW, yang saat itu berusia 4
tahun, kepada ibu kandungnya di Mekah.
Dalam usia 6 tahun, Nabi Muhammad SAW
telah menjadi yatim-piatu. Aminah meninggal karena sakit sepulangnya ia
mengajak Muhammad SAW berziarah ke makam ayahnya. Setelah kematian
Aminah, Abdul Muthallib mengambil alih tanggung jawab merawat Muhammad
SAW. Namun kemudian Abdul Muthallib pun meninggal, dan tanggung jawab
pemeliharaan Muhammad SAW beralih pada pamannya, Abu Thalib.
Ketika berusia 12 tahun, Abu Thalib
mengabulkan permintaan Muhammad SAW untuk ikut serta dalam kafilahnya
ketika ia memimpin rombongan ke Syam (Suriah).
Usia 12 tahun sebenarnya masih terlalu muda untuk ikut dalam perjalanan
seperti itu, namun dalam perjalanan ini kembali terjadi keajaiban yang
merupakan tanda-tanda kenabian Muhammad SAW. Segumpal awan terus
menaungi Muhammad SAW sehingga panas terik yang membakar kulit tidak
dirasakan olehnya. Awan itu seolah mengikuti gerak kafilah rombongan
Muhammad SAW. Bila mereka berhenti, awan itu pun ikut berhenti. Kejadian
ini menarik perhatian seorang pendeta Kristen bernama Buhairah yang memperhatikan dari atas biaranya di Busra.
Ia menguasai betul isi kitab Taurat dan Injil. Hatinya bergetar melihat
dalam kafilah itu terdapat seorang anak yang terang benderang sedang
mengendarai unta. Anak itulah yang terlindung dari sorotan sinar
matahari oleh segumpal awan di atas kepalanya. “Inilah Roh Kebenaran
yang dijanjikan itu,” pikirnya. Pendeta itu pun berjalan menyongsong
iring-iringan kafilah itu dan mengundang mereka dalam suatu perjamuan
makan. Setelah berbincang-bincang dengan Abu Thalib dan Muhammad SAW
sendiri, ia semakin yakin bahwa anak yang bernama Muhammad adalah calon
nabi yang ditunjuk oleh Allah SWT. Keyakinan ini dipertegas lagi oleh
kenyataan bahwa di belakang bahu Muhammad SAW terdapat sebuah tanda
kenabian. Saat akan berpisah dengan para tamunya, pendeta Buhairah
berpesan pada Abu Thalib, “Saya berharap Tuan berhati-hati menjaganya.
Saya yakin dialah nabi akhir zaman yang telah ditunggu-tunggu oleh
seluruh umat manusia. Usahakan agar hal ini jangan diketahui oleh
orang-orang Yahudi. Mereka telah membunuh nabi-nabi sebelumnya. Saya
tidak mengada-ada, apa yang saya terangkan itu berdasarkan apa yang saya
ketahui dari kitab Taurat dan Injil. Semoga tuan-tuan selamat dalam
perjalanan.” Apa yang dikatakan oleh pendeta Kristen itu membuat Abu
Thalib segera mempercepat urusannya di Suriah dan segera pulang ke Mekah
Pada usia 20 tahun, Muhammad SAW mendirikan Hilful-Fudûl,
suatu lembaga yang bertujuan membantu orang-orang miskin dan teraniaya.
Saat itu di Mekah memang sedang kacau akibat perselisihan yang terjadi
antara suku Quraisy dengan suku Hawazin. Melalui
Hilful-Fudûl inilah sifat-sifat kepemimpinan Muhammad SAW mulai tampak.
Karena aktivitasnya dalam lembaga ini, disamping ikut membantu pamannya
berdagang, namanya semakin terkenal sebagai orang yang terpercaya.
Relasi dagangnya semakin meluas karena berita kejujurannya segera
tersiar dari mulut ke mulut, sehingga ia mendapat gelar Al- Amîn, yang artinya orang yang terpercaya.
BERKENALAN DENGAN KHADIJAH
Ketika Muhammad mencapai usia remaja dan
berkembang menjadi seorang yang dewasa, ia mulai mempelajari ilmu bela
diri dan memanah, begitupula dengan ilmu untuk menambah keterampilannya
dalam berdagang. Perdagangan menjadi hal yang umum dilakukan dan
dianggap sebagai salah satu pendapatan yang stabil. Muhammad menemani
pamannya berdagang ke arah Utara dan secepatnya tentang kejujuran dan
sifat dapat dipercaya Muhammad dalam membawa bisnis perdagangan telah
meluas, membuatnya dipercaya sebagai agen penjual perantara barang
dagangan penduduk Mekkah.
Seseorang yang telah mendengar tentang
anak muda yang sangat dipercaya dengan adalah seorang janda yang
bernama Khadijah. Ia adalah seseorang yang memiliki status tinggi
di suku Arab dan Khadijah sering pula mengirim barang dagangan ke
berbagai pelosok daerah di tanah Arab. Reputasi Muhammad membuatnya
terpesona sehingga membuat Khadijah memintanya untuk membawa serta
barang-barang dagangannya dalam perdagangan. Muhammad dijanjikan olehnya
akan dibayar dua kali lipat dan Khadijah sangat terkesan dengan
sekembalinya Muhammad dengan keuntungan yang lebih dari biasanya.
Akhirnya, Muhammad pun jatuh cinta kepada
Khadijah kemudian mereka menikah. Pada saat itu Muhammad berusia 25
tahun sedangkan Khadijah mendekati umur 40 tahun, tetapi ia masih
memiliki kecantikan yang menawan. Perbedaan umur yang sangat jauh dan
status janda yang dimiliki oleh Khadijah, tidak menjadi halangan bagi
mereka, karena pada saat itu suku Quraisy memiliki adat dan budaya yang
lebih menekankan perkawinan dengan gadis ketimbang janda. Walaupun harta
kekayaan mereka semakin bertambah, Muhammad tetap sebagai orang yang
memiliki gaya hidup sederhana, ia lebih memilih untuk mendistribusikan
keuangannya kepada hal-hal yang lebih penting.
Ketika Muhammad berumur 35 tahun, ia
bersatu dengan orang-orang Quraisy dalam perbaikan Ka’bah. Ia pula yang
memberi keputusan di antara mereka tentang peletakan Hajar al-Aswad di
tempatnya. Saat itu ia sangat masyhur di antara kaumnya dengan
sifat-sifatnya yang terpuji. Kaumnya sangat mencintainya, hingga
akhirnya ia memperoleh gelar Al-Amin yang artinya “orang yang dapat dipercaya”.
Suatu ketika bangunan Ka’bah rusak
karena banjir. Penduduk Mekah kemudian bergotong-royong memperbaiki
Ka’bah. Saat pekerjaan sampai pada pengangkatan dan peletakan Hajar
Aswad ke tempatnya semula, terjadi perselisihan. Masing-masing suku
ingin mendapat kehormatan untuk melakukan pekerjaan itu. Akhirnya salah
satu dari mereka kemudian berkata, “Serahkan putusan ini pada orang yang
pertama memasuki pintu Shafa ini.” Mereka semua menunggu, kemudian
tampaklah Muhammad SAW muncul dari sana. Semua hadirin berseru, “Itu dia
al-Amin, orang yang terpercaya. Kami rela menerima semua keputusannya.”
Setelah mengerti duduk perkaranya, Muhammad SAW lalu membentangkan
sorbannya di atas tanah, dan meletakkan Hajar Aswad di tengah-tengah,
lalu meminta semua kepala suku memegang tepi sorban itu dan
mengangkatnya secara bersama-sama. Setelah sampai pada ketinggian yang
diharapkan, Muhammad SAW meletakkan batu itu pada tempatnya semula.
Dengan demikian selesailah perselisihan di antara suku-suku tsb dan
mereka pun puas dengan cara penyelesaian yang sangat bijak itu.
Diriwayatkan pula bahwa Muhammad percaya
sepenuhnya dengan ke-Esaan Tuhan. Ia hidup dengan cara amat sederhana
dan membenci sifat-sifat angkuh dan sombong. Ia menyayangi
orang-orang miskin, para janda dan anak-anak yatim serta berbagi
penderitaan dengan berusaha menolong mereka. Ia juga menghindari semua
kejahatan yang biasa di kalangan bangsa Arab pada masa itu
seperti berjudi, meminum minuman keras, berkelakuan kasar dan lain-lain,
sehingga ia dikenal sebagai As-Saadiqyang memiliki arti “yang benar”
KERASULAN
Menjelang usianya yang ke-40, Nabi Muhammad SAW sering berkhalwat (menyendiri) ke Gua Hira,
sekitar 6 km sebelah timur kota Mekah. Ia bisa berhari-hari bertafakur
dan beribadah disana. Suatu ketika, pada tanggal 17 Ramadhan/6 Agustus
611 (Saat itu Muhammad SAW berusia 40 tahun 6 bulan 8 hari menurut
perhitungan tahun kamariah (penanggalan berdasarkan bulan), atau 39
tahun 3 bulan 8 hari menurut perhitungan tahun syamsiah (penanggalan
berdasarkan matahari). Dengan turunnya 5 ayat pertama ini, berarti
Muhammad SAW telah dipilih oleh Allah SWT sebagai rasul), beliau melihat
cahaya terang benderang memenuhi ruangan gua itu. Tiba-tiba Malaikat
Jibril muncul di hadapannya sambil berkata, “Iqra’ (bacalah).” Lalu Muhammad SAW menjawab, “Mâ anâ bi qâri’ (saya
tidak dapat membaca).” Mendengar jawaban Muhammad SAW, Jibril lalu
memeluk tubuh Muhammad SAW dengan sangat erat, lalu melepaskannya dan
kembali menyuruh Muhammad SAW membaca. Namun setelah dilakukan sampai 3
kali dan Muhammad SAW tetap memberikan jawaban yang sama, Malaikat
Jibril kemudian menyampaikan wahyu Allah SWT pertama, yang artinya:
“Bacalah dengan (menyebut) nama
Rabbmu yang Menciptakan. Ia menciptakan manusia dari segumpal darah.
Bacalah, dan Rabbmulah yang Paling Pemurah. yang mengajar (manusia)
dengan perantara kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya.” (QS. 96: 1-5)
Ini merupakan wahyu pertama yang diterima
oleh Muhammad. Ketika itu ia berusia 40 tahun 6 bulan 8 hari menurut
perhitungan tahun kamariah (penanggalan berdasarkan bulan), atau 39
tahun 3 bulan 8 hari menurut perhitungan tahun syamsiah (penanggalan
berdasarkan matahari). Setelah pengalaman luar biasa di Gua Hira
tersebut, dengan rasa ketakutan dan cemas Muhammad pulang ke rumah dan
berseru pada Khadijah untuk menyelimutinya, karena ia merasakan suhu
tubuhnya panas dan dingin secara bergantian. Setelah hal itu lewat, ia
menceritakan pengalamannya kepada sang istri.
Untuk lebih menenangkan hati suaminya,
Khadijah mengajak Muhammad mendatangi saudara sepupunya, yaitu Waraqah
bin Naufal, yang banyak mengetahui nubuat tentang nabi terakhir dari
kitab-kitab suci Kristen dan Yahudi. Mendengar cerita yang dialami
Muhammad, Waraqah pun berkata, bahwa ia telah dipilih oleh Tuhan menjadi
seorang nabi. Kemudian Waraqah menyebutkan bahwa An-Nâmûs al-Akbar (Malaikat Jibril) telah datang kepadanya, kaumnya akan mengatakan bahwa ia seorang penipu, mereka akan memusuhi dan melawannya.
Wahyu turun kepadanya secara
berangsur-angsur dalam jangka waktu 23 tahun. Wahyu tersebut telah
diturunkan menurut urutan yang diberikan Muhammad, dan dikumpulkan dalam
kitab bernama Al Mushaf yang juga dinamakan Al-Qurʾān (bacaan).
Kebanyakan ayat-ayatnya mempunyai arti yang jelas, sedangkan
sebagiannya diterjemahkan dan dihubungkan dengan ayat-ayat yang lain.
Sebagian ayat-ayat adapula yang diterjemahkan oleh Muhammad sendiri
melalui percakapan, tindakan dan persetujuannya, yang terkenal dengan
nama As-Sunnah. Al-Quran dan As-Sunnah digabungkan bersama merupakan
panduan dan cara hidup bagi “mereka yang menyerahkan diri kepada Allah”,
yaitu penganut agama Islam.
DAKWAH NABI MUHAMMAD SAW
Wahyu berikutnya adalah surat Al-Muddatsir: 1-7,:
Hai orang yang berkemul
(berselimut)(1), bangunlah, lalu berilah peringatan!(2) dan Rabbmu
agungkanlah(3), dan pakaianmu bersihkanlah(4), dan perbuatan dosa
(menyembah berhala) tinggalkanlah(5), dan janganlah kamu memberi (dengan
maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak.(6) Dan untuk (memenuhi
perintah) Rabbmu, bersabarlah.(7)
(QS. 74: 1-7)
Dengan turunnya surat Al-Muddatsir ini,
mulailah Rasulullah SAW berdakwah. Mula-mula ia melakukannya secara
sembunyi-sembunyi di lingkungan keluarga dan rekan-rekannya. Orang
pertama yang menyambut dakwahnya adalah Khadijah, istrinya. Dialah yang pertama kali masuk Islam. Menyusul setelah itu adalah Ali bin Abu Thalib,
saudara sepupunya yang kala itu baru berumur 10 tahun, sehingga Ali
menjadi lelaki pertama yang masuk Islam. Kemudian Abu Bakar, sahabat
karibnya sejak masa kanak-kanak. Baru kemudian diikuti oleh Zaid bin Haritsah, bekas budak yang telah menjadi anak angkatnya, dan Ummu Aiman, pengasuh Nabi SAW sejak ibunya masih hidup. Abu Bakar sendiri kemudian berhasil mengislamkan beberapa orang teman dekatnya, seperti, Usman bin Affan, Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin Auf, Sa’d bin Abi Waqqas, dan Talhah bin Ubaidillah.
Dari dakwah yang masih rahasia ini, belasan orang telah masuk Islam.
Setelah beberapa lama Nabi SAW menjalankan dakwah secara diam-diam,
turunlah perintah agar Nabi SAW menjalankan dakwah secara
terang-terangan. Mula-mula ia mengundang kerabat karibnya dalam sebuah
jamuan. Pada kesempatan itu ia menyampaikan ajarannya. Namun ternyata
hanya sedikit yang menerimanya. Sebagian menolak dengan halus, sebagian
menolak dengan kasar, salah satunya adalah Abu Lahab.
Langkah dakwah seterusnya diambil Nabi
Muhammad SAW dalam pertemuan yang lebih besar. Ia pergi ke Bukit Shafa,
sambil berdiri di sana ia berteriak memanggil orang banyak. Karena
Muhammad SAW adalah orang yang terpercaya, penduduk yakin bahwa pastilah
terjadi sesuatu yang sangat penting, sehingga mereka pun berkumpul di
sekitar Nabi SAW. Untuk menarik perhatian, mula-mula Nabi SAW berkata,
“Saudara-saudaraku, jika aku berkata, di belakang bukit ini ada pasukan
musuh yang siap menyerang kalian, percayakah kalian?” Dengan serentak
mereka menjawab, “Percaya, kami tahu saudara belum pernah berbohong.
Kejujuran saudara tidak ada duanya. Saudara yang mendapat gelar al-Amin.”
Kemudian Nabi SAW meneruskan, “Kalau demikian, dengarkanlah. Aku ini adalah seorang nazir (pemberi
peringatan). Allah telah memerintahkanku agar aku memperingatkan
saudara-saudara. Hendaknya kamu hanya menyembah Allah saja. Tidak ada
Tuhan selain Allah. Bila saudara ingkar, saudara akan terkena azabnya
dan saudara nanti akan menyesal. Penyesalan kemudian tidak ada gunanya.”
MENDAPATKAN PENGIKUT
Selama tiga tahun pertama, Muhammad hanya
menyebarkan agama terbatas kepada teman-teman dekat dan kerabatnya.
Kebanyakan dari mereka yang percaya dan meyakini ajaran Muhammad adalah
para anggota keluarganya serta golongan masyarakat awam, antara
lainKhadijah, Ali, Zaid bin Haritsah dan Bilal. Namun pada awal
tahun 613, Muhammad mengumumkan secara terbuka agama Islam. Banyak
tokoh-tokoh bangsa Arab seperti Abu Bakar, Utsman bin Affan, Zubair bin
Al Awwam, Abdul Rahman bin Auf, Ubaidah bin Harits, Amr bin Nufail masuk
Islam dan bergabung membela Muhammad. Kesemua pemeluk Islam pertama itu
disebut dengan As-Sabiqun al-Awwalun.
Akibat halangan dari masyarakat
jahiliyyah di Mekkah, sebagian orang Islam disiksa, dianiaya,
disingkirkan dan diasingkan. Penyiksaan yang dialami hampir seluruh
pengikutnya membuat lahirnya ide berhijrah (pindah) ke Habsyah. Negus,
raja Habsyah, memperbolehkan orang-orang Islam berhijrah ke negaranya
dan melindungi mereka dari tekanan penguasa di Mekkah. Muhammad sendiri,
pada tahun 622 hijrah ke Madinah, kota yang berjarak sekitar 200 mil
(320 km) di sebelah Utara Mekkah.
HIJRAH KE MADINAH
Di Mekkah terdapat Ka’bah yang telah
dibangun oleh NabiIbrahim. Masyarakat jahiliyah Arab dari berbagai suku
berziarah ke Ka’bah dalam suatu kegiatan tahunan, dan mereka menjalankan
berbagai tradisi keagamaan mereka dalam kunjungan tersebut. Muhammad
mengambil peluang ini untuk menyebarkan Islam. Di antara mereka yang
tertarik dengan seruannya ialah sekumpulan orang
dari Yathrib (dikemudian hari berganti nama menjadi Madinah). Mereka
menemui Muhammad dan beberapa orang Islam dari Mekkah di suatu tempat
bernamaAqabah secara sembunyi-sembunyi. Setelah menganut Islam, mereka
lalu bersumpah untuk melindungi Islam, Rasulullah (Muhammad) dan
orang-orang Islam Mekkah.
Tahun berikutnya, sekumpulan masyarakat
Islam dari Yathrib datang lagi ke Mekkah. Mereka menemui Muhammad di
tempat mereka bertemu sebelumnya. Abbas bin Abdul Muthalib, yaitu
pamannya yang saat itu belum menganut Islam, turut hadir dalam pertemuan
tersebut. Mereka mengundang orang-orang Islam Mekkah untuk berhijrah ke
Yathrib. Muhammad akhirnya setuju untuk berhijrah ke kota itu.
Mengetahui bahwa banyak masyarakat Islam
berniat meninggalkan Mekkah, masyarakat jahiliyah Mekkah berusaha
menghalang-halanginya, karena beranggapan bahwa bila dibiarkan berhijrah
ke Yathrib, orang-orang Islam akan mendapat peluang untuk mengembangkan
agama mereka ke daerah-daerah yang lain. Setelah berlangsung selama
kurang lebih dua bulan, masyarakat Islam dari Mekkah pada akhirnya
berhasil sampai dengan selamat ke Yathrib, yang kemudian dikenal sebagai
Madinah atau “Madinatun Nabi” (kota Nabi).
Di Madinah, pemerintahan (kalifah) Islam
diwujudkan di bawah pimpinan Muhammad. Umat Islam bebas beribadah
(salat) dan bermasyarakat di Madinah. Quraish Makkah yang mengetahui hal
ini kemudian melancarkan beberapa serangan ke Madinah, akan tetapi
semuanya dapat diatasi oleh umat Islam. Satu perjanjian damai kemudian
dibuat dengan pihak Quraish. Walaupun demikian, perjanjian itu kemudian
diingkari oleh pihak Quraish dengan cara menyerang sekutu umat Islam
PENAKLUKAN MEKKAH
Pada tahun ke-8 setelah hijrah ke
Madinah, Muhammad berangkat kembali ke Makkah dengan pasukan Islam
sebanyak 10.000 orang. Penduduk Makkah yang khawatir kemudian setuju
untuk menyerahkan kota Makkah tanpa perlawanan, dengan syarat Muhammad
kembali pada tahun berikutnya. Muhammad menyetujuinya, dan ketika pada
tahun berikutnya ia kembali maka ia menaklukkan Mekkah secara damai.
Muhammad memimpin umat Islam menunaikan ibadah haji, memusnahkan semua
berhala yang ada di sekeliling Ka’bah, dan kemudian memberikan amnesti
umum dan menegakkan peraturan agama Islam di kota Mekkah
PENYEBARAN ISLAM KE NEGERI-NEGERI LAIN
Gencatan senjata dengan penduduk Mekah
memberi kesempatan kepada Nabi SAW untuk mengalihkan perhatian ke
berbagai negeri-negeri lain sambil memikirkan bagaimana cara
mengislamkan mereka. Salah satu cara yang ditempuh oleh Nabi SAW
kemudian adalah dengan mengirim utusan dan surat ke berbagai kepala
negara dan pemerintahan.Di antara raja-raja yang dikirimi surat oleh
Nabi SAW adalah raja Gassan dari Iran, raja Mesir, Abessinia, Persia, dan Romawi.
Memang dengan cara itu tidak ada raja-raja yang masuk Islam, namun
setidaknya risalah Islam sudah sampai kepada mereka. Reaksi para raja
itu pun ada yang menolak dengan baik dan simpatik sambil memberikan
hadiah, ada pula yang menolak dengan kasar. Raja Gassan termasuk yang
menolak dengan kasar. Utusan yang dikirim Nabi SAW dibunuhnya dengan
kejam. Sebagai jawaban, Nabi SAW kemudian mengirim pasukan perang
sebanyak 3.000 orang dibawah pimpinan Zaid bin Haritsah. Peperangan
terjadi di Mu’tah, sebelah utara Semenanjung Arab. Pasukan Islam mendapat kesulitan menghadapi tentara Gassan yang mendapat bantuan langsung dari Romawi.
Beberapa syuhada gugur dalam pertempuran melawan pasukan berkekuatan
ratusan ribu orang itu. di antara mereka yang gugur adalah Zaid bin Haritsah sendiri, Ja’far bin Abu Thalib, dan Abdullah bin Abi Rawahah.
Melihat kekuatan yang tidak seimbang itu,
Khalid bin Walid, bekas panglima Quraisy yang sudah masuk Islam,
mengambil alih komando dan memerintahkan pasukan Islam menarik diri dan
kembali ke Madinah. Perang melawan tentara Gassan dan pasukan Romawi ini
disebut dengan Perang Mu’tah.
KEMBALI KE MEKKAH (Futuh Mekah)
Selama 2 tahun Perjanjian Hudaibiyah,
dakwah Islam sudah menjangkau Semenanjung Arab dan mendapat tanggapan
yang positif. Hampir seluruh Semenanjung Arab, termasuk suku-suku yang
paling selatan, telah menggabungkan diri ke dalam Islam. Hal ini membuat
orang-orang Mekah merasa terpojok. Perjanjian Hudaibiyah ternyata telah
menjadi senjata bagi umat Islam untuk memperkuat dirinya. Oleh karena
itu secara sepihak orang-orang Quraisy membatalkan perjanjian tsb.
Mereka menyerang Bani Khuza’ah yang berada di bawah perlindungan Islam hanya karena kabilah ini berselisih dengan Bani Bakar yang menjadi sekutu Quraisy. Sejumlah orang Kuza’ah mereka
bunuh dan sebagian lainnya dicerai-beraikan. Bani Khuza’ah segera
mengadu pada Nabi Muhammad SAW dan meminta keadilan. Rasulullah SAW
segera bertolak dengan 10.000 orang tentara untuk melawan kaum musyrik
Mekah itu. Kecuali perlawanan kecil dari kaum Ikrimah dan Safwan,
Nabi Muhammad SAW tidak mengalami kesukaran memasuki kota Mekah. Nabi
SAW memasuki kota itu sebagai pemenang. Pasukan Islam memasuki kota
Mekah tanpa kekerasan. Mereka kemudian menghancurkan patung-patung
berhala di seluruh negeri. Kini apa yang ditugaskan kepada Nabi Muhammad
SAW sudah tercapai. Di tengah-tengah suatu bangsa yang tenggelam dalam
kebiadaban, telah lahir seorang nabi. Ia telah berhasil membacakan
ayat-ayat Allah SWT kepada mereka dan mensucikannya serta mengajarkan
kitab dan hikmah kepada mereka, padahal sebelumnya mereka berada dalam
kegelapan yang pekat. Pada awalnya Nabi Muhammad SAW mendapati mereka
bergelimang dalam ketakhyulan yang merendahkan derajat manusia, lalu ia
mengilhami mereka dengan kepercayaan kepada satu-satunya Tuhan yang Maha
Besar dan Maha Kasih Sayang.
Saat mereka bercerai-berai dan terlibat
dalam peperangan yang seolah tak ada habisnya, dipersatukannya mereka
dalam ikatan persaudaraan. Kalau sebelumnya Semenanjung Arab berada
dalam kegelapan rohani, maka ia datang membawa cahaya terang-benderang
untuk menyinari rohani mereka. Pekerjaannya selesai sudah, dan
seluruhnya dikerjakan dengan baik semasa hidupnya. Disinilah letak
keunggulan Nabi Muhammad SAW dibanding dengan nabi-nabi yang lain.
IBADAH HAJI TERAKHIR
Pada tahun 10 H, Nabi SAW mengerjakan ibadah haji yang terakhir, yang disebut juga dengan haji wada’.
Pada tanggal 25 Zulkaidah 10/23 Februari 632 Rasulullah SAW
meninggalkan Madinah. Sekitar seratus ribu jemaah turut menunaikan
ibadah haji bersamanya. Pada waktu wukuf di Arafah, Nabi Muhammad SAW
menyampaikan khotbahnya yang sangat bersejarah. Isi khotbah itu antara
lain:
“larangan menumpahkan darah kecuali dengan haq (benar) dan mengambil harta orang lain dengan bathil (salah),
karena nyawa dan harta benda adalah suci, larangan riba dan larangan
menganiaya perintah untuk memperlakukan para istri dengan baik serta
lemah lembut perintah menjauhi dosa semua pertengkaran di antara mereka
di zaman Jahiliah harus dimaafkan pembalasan dengan tebusan darah
sebagaimana yang berlaku di zaman Jahiliyah tidak lagi dibenarkan
persaudaraan dan persamaan di antara manusia harus ditegakkan hamba
sahaya harus diperlakukan dengan baik, yaitu mereka memakan apa yang
dimakan majikannya dan memakai apa yang dipakai majikannya dan yang
terpenting, bahwa umat Islam harus selalu berpegang teguh pada dua
sumber yang tak akan pernah usang, yaitu Al-Qur’an dan Sunah Nabi SAW.
Setelah itu Nabi SAW bertanya kepada
seluruh jemaah, “Sudahkan aku menyampaikan amanat Allah, kewajibanku,
kepada kamu sekalian?” Jemaah yang ada di hadapannya segera menjawab,
“Ya, memang demikian adanya.” Nabi Muhammad SAW kemudian menengadah ke
langit sambil mengucapkan, “Ya Allah, Engkaulah menjadi saksiku.” Dengan kata-kata seperti itu Rasulullah SAW mengakhiri khotbahnya.
KEMBALI KE MADINAH
Setelah upacara haji yang lain
disempurnakan, Nabi Muhammad SAW kembali ke Madinah. Disinilah ia
menghabiskan sisa hidupnya. Ia mengatur organisasi masyarakat di
kabilah-kabilah yang telah memeluk Islam dan menjadi bagian dari
persekutuan Islam. Petugas keamanan dan para da’i dikirimnya ke berbagai
daerah untuk menyebarkan ajaran-ajaran Islam, mengatur peradilan Islam,
dan memungut zakat. Salah seorang di antara petugas itu adalah Mu’az
bin Jabal yang dikirim oleh Nabi SAW ke Yaman. Ketika itulah hadist
Mu’az yang terkenal muncul, yaitu perintah Nabi SAW agar Mu’az
menggunakan pertimbangan akalnya dalam mengatur persoalan-persoalan
agama apabila ia tidak menemukan petunjuk dalam Al-Qur’an dan hadist
Nabi SAW. Pada saat-saat itu pula wahyu Allah SWT yang terakhir turun:
Al Maidah ayat 3
“… Pada hari ini telah Kusempurnakan
untuk kamu agamamu dan telah Kucukupkan kepadamu nimat-Ku, dan telah
Ku-ridhai Islam itu jadi agamamu. Maka barang siapa terpaksa[398] karena
kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang. …” (QS. 5: 3)
Mendengar ayat ini, banyak orang yang
bergembira karena telah sempurna agama mereka, tetapi ada pula yang
menangis, seperti Abu Bakar, karena mengetahui bahwa ayat itu jelas
merupakan pertanda berakhirnya tugas Rasulullah SAW.
WAFATNYA NABI MUHAMMAD SAW.
Makam Rasulullah Muhammad SAW
Dua bulan setelah menunaikan ibadah haji
wada’ di Madinah, Nabi SAW sakit demam. Meskipun badannya mulai lemah,
ia tetap memimpin shalat berjamaah. Baru setelah kondisinya tidak
memungkinkan lagi, yaitu 3 hari menjelang wafatnya, ia tidak mengimami
shalat berjamaah. Sebagai gantinya ia menunjuk Abu Bakar sebagai imam
shalat. Tenaganya dengan cepat semakin berkurang. Pada tanggal 13
Rabiulawal 11/8 Juni 632, Nabi Muhammad SAW menghembuskan nafasnya yang
terakhir di rumah istrinya, Aisyah binti Abu Bakar, dengan wasiat
terakhir, “Ingatlah shalat, dan taubatlah…”.
MU’JIZAT
Seperti nabi dan rasul sebelumnya, Muhammad diberikan irhasat(pertanda)
akan datangnya seorang nabi, seperti yang diyakini oleh
umat Muslim telah dikisahkan dalam beberapan kitab suciajaran samawi,
kemudian dikisahkan pula terjadi pertanda pada masa di dalam kandungan,
masa kecil dan remaja. Kemudian Muhammad diyakini
diberikan mukjizat selama kenabiannya.
Dalam syariat Islam, mukjizat terbesar
Muhammad adalah Al-Qur’an, karena pada masa itu bangsa Arab memiliki
kebudayaan sastra yang cukup tinggi dan Muhammad sendiri adalah orang
yang buta huruf, yang diyakini oleh umat muslim mustahil dikarang
olehnya. Selain itu, Muhammad juga diyakini pula oleh umat Islam pernah
membelah bulan pada masa penyebaran Islam di Mekkah dan melakukan Isra
dan Mi’raj dalam waktu tidak sampai satu hari. Kemampuan lain yang
dimiliki Muhammad adalah kecerdasannya mengenai ilmu ketauhidan.
PERISTIWA ISRA MI’RAJ
Pada tahun ke-10 kenabian, Nabi Muhammad SAW mengalami peristiwa Isra Mi’raj. Isra, yaitu perjalanan malam hari dari Masjidilharam di Mekah ke Masjidil aqsha di Yerusalem. Mi’raj, yaitu kenaikan Nabi Muhammad SAW dari Masjidil aqsha ke langit melalui beberapa tingkatan, terus menuju Baitulmakmur, sidratulmuntaha, arsy (takhta Tuhan), dan kursi (singgasana
Tuhan), hingga menerima wahyu di hadirat Allah SWT. Dalam
kesempatannnya berhadapan langsung dengan Allah SWT inilah Nabi Muhammad
SAW menerima perintah untuk mendirikan sholat 5 waktu sehari semalam.
Peristiwa Isra Mi’raj ini terdapat dalam Al-Qur’an surat Al-Isrâ’ ayat 1.
Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari
Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya
agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami.
Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS 17 :1)
CIRI-CIRI FISIK MUHAMMAD SAW
Berikut adalah penggambaran sosok
Muhammad dari salah satu istinya yaitu Aisyah, sepupunya Ali bin Abi
Thalib, para sahabatnya, serta orang terakhir yang masih hidup yang kala
itu sempat melihat sosoknya secara langsung, yaitu Abu Taufik.
Aisyah dan Ali bin Abi Thalib telah
merincikan ciri-ciri fisik dan penampilan keseharian Muhammad, di
antaranya adalah rambut ikal berwarna sedikit kemerahan, terurai hingga
bahu. Kulitnya putih kemerah-merahan, wajahnya cenderung bulat dengan
sepasang matanya hitam dan bulu mata yang panjang. Tidak berkumis dan
berjanggut sepanjang sekepalan telapak tangannya.
Tulang kepala besar dan bahunya lebar.
Tubuhnya tidak terlalu tinggi dan tidak pula terlalu pendek, berpostur
kekar sangat indah dan pas dikalangan kaumnya. Bulu badannya halus
memanjang dari pusar hingga dada. Jemari tangan dan kaki tebal dan
lentik memanjang.[12]
Apabila berjalan cenderung cepat dan
tidak pernah menancapkan kedua telapak kakinya, beliau melangkah dengan
cepat dan pasti. Apabila menoleh, ia menolehkan wajah dan badannya
secara bersamaan. Di antara kedua bahunya terdapat tanda kenabian dan
memang ia adalah penutup para nabi. Ia adalah orang yang paling
dermawan, paling berlapang dada, paling jujur ucapannya, paling
bertanggung jawab dan paling baik pergaulannya. Siapa saja yang bergaul
dengannya pasti akan menyukainya.
Setiap orang yang bertemu Muhammad pasti
akan berkata, “Aku tidak pernah melihat orang yang sepertinya, baik
sebelum maupun sesudahnya.” Begitulah Muhammad di mata khalayak,
akhlaknya yang sangat mulia digambarkan dalam salah satu ayat Al-Qur’an,
“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (Al-Qalam: 4)
Dalam hadits riwayat Bukhari, Muhammad
digambarkan sebagai orang yang berkulit putih dan berjenggot hitam
dengan uban. Dalam satu hadits diterangkan mengenai corak fisik
Muhammad, yaitu ia bertubuh sedang, kulitnya berwarna cerah tidak
terlalu putih dan tidak pula hitam. Rambutnya berombak. Ketika Muhammad
wafat uban yang tumbuh di rambut dan janggutnya masih sedikit. Anas juga
mengatakan bahwa Muhammad memiliki tinggi sedang, tidak tinggi sekali
ataupun pendek, tegap. Bila ia berjalan sangat gesit dengan tubuh
condong sedikit kedepan. Bara’a bin Aazib mengatakan bahwa Muhammad
memiliki tinggi yang sedang, dengan tulang pundak bidang. Rambutnya
cukup tebal, panjang sampai batas telinga Ali bin Abi Thalib
meriwayatkan bahwa Muhammad tidaklah tinggi dan juga pendek. Telapak
tangan dan kaki beliau padat berisi. Ia memiliki kepala yang agak besar
dan kuat. Bulu-bulu halus tumbuh di dadanya dan terus kebawah sampai
pusar. Jika berjalan, melangkahnya seolah-olah seperti turun (meloncat)
dari suatu ketinggian. Ditambahkan pula bahwa Ali belum pernah melihat
orang sepertinya di antara sahabatnya sesudah wwafatnya Muhammad.
Ali menambahkan bahwa Muhammad memiliki
rambut lurus sedikit berombak. Tidak gemuk dan tidak terlalu besar,
berperawak baik dan tegak. Warna kulit cerah, matanya hitam dengan bulu
mata yang panjang. Persendian tulang yang kuat dada, tangan dan kakinya
kekar. Tidak memiliki bulu yang tebal tetapi hanya tipis dari dada
sampai pusarnya. Jika berbicara dengan seseorang, maka ia akan
menghadapkan wajahnya keorang tersebut dengan penuh perhatian. Di antara
bahunya ada tanda kenabian. Muhammad orang yan baik hatinya dan paling
jujur, orang yang paling dirindukan dan sebaik-baiknya keturunan. Siapa
saja yang mendekati dan bergaul dengannya maka akan langsung merasa
terhormat, khidmat, menghargai dan mencintainya.
Hind bin Abi Halah mendapat cerita
dari Hasan bin Ali mengatakan bahwa Muhammad memiliki pribadi mulia dan
sangat agung jika orang melihatnya. Wajahnya bercahaya seperti bulan
purnama. Ia sedikit lebih tinggi dari rata-rata orang tapi lebih pendek
dari orang yang jangkung. Kepalanya lebih besar dari rata-rata orang dan
rambutnya agak keriting (berombak) agak panjang hingga mencapai kuping
dan dibelah tengah. Kulit berwarna cerah dahinya agak lebar. Alis
matanya melengkung hitam dan tebal, di antara alisnya nampak urat darah
halus yang berdenyut bila sedang emosi.
Hidungnya agak melengkung dan mengkilap
jika terkena cahaya serta tampak agak menonjol jika pertama kali
melihatnya padahal sebenarnya tidak. Berjanggut tipis tapi penuh rata
sampai pipi. Mulutnya sedang, giginya putih cemerlang dan agak renggang.
Pundaknya bagus dan kokoh, seperti dicor perak. Anggota tubuh lainnya
normal dan proporsional. Dada dan pinggangnya seimbang dengan ukurannya.
Tulang belikatnya cukup lebar, bagian-bagian tubuhnya tidak tertutup
bulu lebat, bersih dan bercahaya. Kecuali bulu halus yang tumbuh dari
dada hingga pusar.
Lengan dan dada bagian atas berbulu.
Pergelangan tangannya cukup panjang, telapak tangannya agak lebar serta
tangan dan kakinya berisi, jari-jari tangan dan kaki cukup langsing.
Jika berjalan agak condong kedepan melangkah dengan anggun serta
berjalan dengan cepat dan sering melihat kebawah dari pada keatas. Jika
berhadapan dengan orang maka ia memandang orang itu dengan penuh
perhatian dan tidak pernah melototi seseorang dan pandangannya
menyejukkan. Selalu berjalan agak dibelakang, terutama jika saat
melakukan perjalanan jarak jauh dan ia selalu menyapa orang lain
terlebih dahulu.
Dari kisah Jabir bin Samurah meriwayatkan
bahwa Muhammad memiliki mulut yang agak lebar, di matanya terlihat juga
garis-garis merahnya, serta tumitnya langsing. Jabir (ra) juga
meriwayatkan bahwa ia berkesempatan melihat Muhammad di bawah sinar
rembulan, ia juga memperhatikan pula rembulan tersebut, baginya Muhammad
lebih indah dari rembulan tersebut.
Abu Ishaq mengemukakan bahwa, Bara’a bin Aazib pernah berkata, bahwa rona Muhammad lebih mirip purnama yang cerah.
Abu Hurairah mengatakan bahwa Muhammad
sangatlah rupawan, seperti dibentuk dari perak. Rambutnya cenderung
berombak dan Abu Hurairah belum pernah melihat orang yang lebih baik
dari dan lebih tampan dari Muhammad, rona mukanya secemerlang matahari
dan tidak pernah melihat orang yang secepatnya. Seolah-olah tanah
digulung oleh langkah-langkah Muhammad jika sedang berjalan. Dikatakan
jika Abu Hurairah dan yang lainnya berusaha mengimbangi jalannya
Muhammad dan nampak ia seperti berjalan santai saja.
Jabir bin Abdullah mengatakan, Muhammad
pernah bersabda bahwa ia pernah menyaksikan gambaran tentang para nabi.
Di antaranya adalah Musa berperawakan langsing seperti orang-orang dari
Suku Shannah, dan melihat Isa yang mirip salah seorang sahabatnya yang
bernamaUrwah bin Mas’ud dan ketika melihat Ibrahim dikatakan sangat
mirip dengan dirinya sendiri (Muhammad), kemudian Muhammad juga
mengatakan bahwa ia pernah melihat Malaikat Jibrilyang mirip
dengan Dehya Kalbi. Said al Jahiri mengatakan bahwa ia pernah
mendengar Abu Taufik berkata bahwa pada saat ini tidak ada lagi yang
masih hidup orang yang pernah melihat secara langsung Muhammad kecuali
dirinya sendiri dan Muhammad memiliki roman muka sangat cerah dan
perawakanna sangat baik.
Ibnu Abbas mengatakan bahwa gigi depan Muhammad agak renggang tidak terlalu rapat dan jika bericara nampak putih berkilau.
PERNIKAHAN
Selama hidupnya Muhammad menikahi 12
orang wanita (terdapat perbedaan pendapat mengenai hal ini). Pada umur
25 Tahun ia menikah dengan Khadijah, yang berlangsung selama 25 tahun
hingga Khadijah wafat. Pernikahan ini digambarkan sangat bahagia,
sehingga saat meninggalnya Khadijah (yang bersamaan dengan tahun
meninggalnya Abu Thalib pamannya) disebut sebagai tahun kesedihan.
Semua istri-istri nabi tersebut disebut sebagai Ummul Mukminin (ibu
dari orang-orang yang beriman). Sebutan tsb menunjukkan bahwa para
istri Nabi SAW adalah wanita-wanita yang terpilih dan dimuliakan Allah
SWT.
Sepeninggal
Khadijah, Muhammad disarankan oleh Khawla binti Hakim, bahwa sebaiknya
ia menikahi Sawda binti Zama (seorang janda) atau Aisyah (putri Abu
Bakar, dimana Muhammad akhirnya menikahi keduanya. Kemudian setelah itu
Muhammad tercatat menikahi beberapa wanita lagi sehingga mencapai total
sebelas orang, dimana sembilan di antaranya masih hidup sepeninggal
Muhammad.
Para ahli sejarah antara
lain Watt dan Esposito berpendapat bahwa sebagian besar perkawinan itu
dimaksudkan untuk memperkuat ikatan politik (sesuai dengan budaya Arab),
atau memberikan penghidupan bagi para janda (saat itu janda lebih susah
untuk menikah karena budaya yang menekankan perkawinan dengan perawan).
Selain itu Nabi SAW menikahi para wanita itu karena beberapa alasan,
antara lain untuk melindungi mereka dari tekanan kaum musyrikin,
membebaskannya dari status tawanan perang, dan mengangkat derajatnya.
Tidak jarang pernihakan yang dilakukan Nabi SAW menciptakan hubungan
perdamaian antara dua suku yang sebelumnya saling bermusuhan.
Istri dan anak Rasulullah SAW
Berikut ini adalah daftar untuk Istri – Istri dan Anak – Anak / Keturunan Rasulullah SAW
Khadijah binti Khuwailid r.a.
Saudah binti Zum’ah r.a.
Aisyah binti Abu Bakar r.a.
Hafsah binti Omar Al-Khattab r.a.
Zainab bin Jahsyin r.a.
Zainab binti Khuzaimah r.a.
Ummu Salamah (Hindon binti Abi Umaiyah) r.a.
Ummu Habibah (Ramlah binti Abi Sufian) r.a.
Juwairiyah binti Al-Harith r.a.
Maimunah binti Al-Harith
Safiah binti Hoiyi bin Ahtab r.a.
Mariyah Al-Qibtiyah
Hanya seorang sahaja isteri Rasulullah
yang gadis ketika berkahwi dengan baginda iaitu Aisyah binti Abu Bakar
Al-Siddiq. Manakala yang lainnya adalah janda atau balu yang kematian
suami. Dan Beberapa dari istri Nabi SAW ini juga menjadi periwayat hadist, yaitu Aisyah,Hafsah, dan Zainab binti Jahsy.
Anak – Anak Rasulullah
Al-Qasim
Abdullah
Ibrahim
Zainab
Ruqaiyah
Ummu Kalthum
Fatimah
Anak Rasulullah dengan Mariyah Al-Qibtiyah :
Ibrahim
Kronologi Kehidupan Muhammad
Tahun | Peristiwa penting dalam kehidupan Muhammad |
569 | Meninggalnya ayah, Abdullah |
570 | Tanggal lahir (perkiraan), 20 April: Makkah |
570 | Tahun Gajah, gagalnya Abrahah menyerang Mekkah |
576 | Meninggalnya ibu, Aminah |
578 | Meninggalnya kakek, Abdul Muthalib |
583 | Melakukan perjalanan dagang ke Suriah |
595 | Bertemu dan menikah dengan Khadijah |
610 | Wahyu pertama turun dan menjadi Nabi sekaligus Rasul, kemudian mendapatkan sedikit pengikut: As-Sabiqun al-Awwalun |
613 | Menyebarkan Islam kepada umum: Makkah |
614 | Mendapatkan banyak pengikut: |
615 | Hijrah pertama ke Habsyah |
616 | Awal dari pemboikotan Quraish terhadap Bani Hasyim |
619 | Akhir dari pemboikotan Quraish terhadap Bani Hasyim |
619 | Tahun kesedihan: Khadijah dan Abu Thalib meninggal |
620 | Dihibur oleh Allah melalui Malaikat Jibril dengan cara Isra’ dan Mi’raj sekaligus menerima perintah salat 5 waktu |
621 | Bai’at ‘Aqabah pertama |
622 | Bai’at ‘Aqabah kedua |
622 | Hijrah ke Madinah |
624 | Pertempuran Badar |
624 | Pengusiran Bani Qaynuqa |
625 | Pertempuran Uhud |
625 | Pengusiran Bani Nadir |
625 | Pertempuran Zaturriqa` |
626 | Penyerangan ke Dumat al-Jandal: Suriah |
627 | Pertempuran Khandak |
627 | Penghancuran Bani Quraizhah |
628 | Perjanjian Hudaibiyyah |
628 | Melakukan umrah ke Ka’bah |
628 | Pertempuran Khaybar |
629 | Melakukan ibadah haji |
629 | Pertempuran Mu’tah |
630 | Pembukaan Kota Makkah |
630 | Pertempuran Hunain |
630 | Pertempuran Autas |
630 | Pendudukan Thaif |
631 | Menguasai sebagian besar Jazirah Arab |
632 | Pertempuran Tabuk |
632 | Haji Wada’ |
632 | Meninggal (8 Juni): Madinah |
Sumber :
http://aashanta.wordpress.com/benda2-peninggalan-nabi-muhammad-saw/
http://islam.elvini.net/rasul.cgi?nabi11
http://qitori.wordpress.com/2007/12/06/foto-foto-rumah-nabi-saw-dansayyidah-khadijah-yang-telah-dihancurkan-wahabi-salafy/
http://moeflich.wordpress.com/2008/01/26/foto-foto-eksklusif-peninggalannabi-muhammad-saw/
http://www.kjrijeddah.org.sa/makkah.html
http://id.wikipedia.org/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar